Indah Tiba Tanda Jeda

Kamis, 26 Maret 2015

SEJARAH DESA GEDUNG AGUNG DI KECAMATAN MERAPI TIMUR KABUPATEN LAHAT 31471

SEJARAH MASKELAT / DESA GEDUNG AGUNG - KABUPATEN LAHAT SEJARAH MASKELAT / DESA GEDUNG AGUNG - KABUPATEN LAHAT Sejarah Desa Gedung Agung Kecamatan Merapi Timur Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan ini ditulis berdasarkan cerita leluhur dan Naskah "Batanghari Sembilan dari Abad ke Abad". Naskah tersebut digali, diterjemahkan dan disusun oleh M. Nur Ansyori, seorang pegawai Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bagian sejarah dan arkeologi, pada tahun 1978 berdasarkan data-data otentik yang tersurat pada... kulit-kulit kayu keras (Bebue) yang ditemukan di dusun-dusun dalam Marga Tembelang-Gedung Agung (antara lain bebue yang terdapat di dusun Tanjung Lontar). Desa Gedung Agung atau yang dahulu dikenal dengan sebutan Dusun Mas Kelat (karena disana banyak tumbuh pohon Asam Kelat) yang sekarang adalah desa yang dipindahkan dari tepi Sungai Lematang (Kute Heban Agung) karena terjadi beberapa kali kebakaran pada kira-kira tahun 1940-an. Sebelum berada di tepi Sungai Lematang (Kute Heban Agung), nenek moyang Jeme Gedung Agung berasal dari kute (pemukiman) di seberang Desa Tanjung Jambu yang disebut Kute Lalang. Kute adalah suatu areal pemukiman penduduk zaman dahulu yang dikelilingi oleh tanaman hidup seperti bambu-bambu atau pohon-pohon besar lainnya, yang bertujuan untuk menghindari ancaman musuh atau binatang buas. Setelah adanya kute-kute barulah terbentuk Talang-talang, kemudian terbentuklah Dusun-dusun. I. SEJARAH KUTE LALANG Dikisahkan pada zaman Kerajaan Majapahit (Abad ke-11 Masehi) ada seorang Empu yang mempunyai kesaktian dan keahlian membuat senjata-senjata tajam seperti keris dan tombak. Empu itu bernama (1) EMPU SIWA. Karena keahliannya Empu Siwa dipercaya sebagai ahli pembuat senjata Kerajaan Majapahit. Empu Siwa mempunyai seorang anak yang bernama (2) EMPU SEDA, yang juga memiliki kesaktian dan keahlian dalam membuat senjata. Empu Seda mempunyai 6 (enam) orang anak, yaitu : (3) 1. KUMBANG ARIA SURO , menetap di Kute Lalang 2. Prabu Yudha Tama , menetap di Medang (Majapahit) Pulau Jawa 3. Sindang Alit , menetap di Kute Lalang 4. Puteri Dayang Ratih, menetap di Kute Lalang 5. Prabu Udaya , menetap di Bayuran Pulau Jawa 6. Sindang Purba , menetap di Hesam. Kumbang Aria Suro mempunyai 6 (enam) orang anak, yaitu : (4) 1. UGAU PUBAYA , menetap di Kute Lalang 2. Sumbar Anusa , menetap di Besemah 3. Lambur Mangkuto , menetap di Bukit Sulap (Kab. Musi Rawas) 4. Simbang Alam , menetap di Gunung Ibul (Bengkulu) 5. Rindang Kenayan , menetap di Air Balui 6. Puteri Rubiah, bersuami dan menetap di Bukit Serelo (B. Tunjuk) Pada tahun 1124 M. Kumbang Aria Suro meninggal dunia dan bermakam di Hesam. Setelah ia meninggal dunia, maka Kute Lalang dikuasai oleh anaknya UGAU PURBAYA yng beristeri seorang puteri bernama PUTERI RINIK. Dari perkawinan itu mereka mendapatkan 3 (tiga) orang anak yaitu : 1. Tungga Sirab , menetap di Kute Lalang 2. Rama Permala , menetap di Gunung Ibul (5) 3. CILI AMETUNG , menetap di Pagar Huyung (Sumatera Barat) Pada tahun 1201 M. Ugau Purbaya meninggal dunia, maka Kute Lalang dikuasai oleh anaknya yaitu Tungga Sirab. Tungga Sirab beristeri seorang puteri dari Kute Jehete dan mempunyai seorang anak yang bernama Kundu Layang. Kundu Layang adalah seorang penyebar agama Islam di daerah Sungai Lematang bersama dengan Syeh M. Said Ratu Syah Alam (Kuripan-Prabumulih), dan Amir Dalam Pati (Banuayu-Prabumilih). Kundu Layang beristeri seorang puteri yang berasal dari Kute Mumpe Libau, yaitu : Puteri Dayang Suri. Dari pernikahan itu mereka tidak mendapat keturunan. Rama Permala menetap di Gunung Ibul, isterinya tidak diketahui dengan jelas, tetapi ia mempunyai anak tunggal yang bernama Dalam Mangku Bumi. Dalam Mangku Bumi beristerikan seorang puteri dari Sekala Berak yang bernama Puteri Lamtana. Dari perkawinan mereka mendapatkan seorang anak yang bernama Raden Bakatsu yang menetap di Kute Lalang. Sedangkan CILI AMETUNG yang menetap di Pagar Huyung mempunyai dua orang anak, yaitu : (6) 1. MANGKU SILA , menetap di Kute Lalang 2. Mangku Nata Alam, menetap di Kute Babatan. Pada tahun 1205 M. Tungga Sirab meninggal dunia, maka Kute Lalang dikuasai oleh anaknya Kundu Layang. Kundu Layang mengangkat MANGKU SILA (anak Cili Ametung) sebagai Hulu Balang Kute Lalang. Pada tahun 1336 M. Kundu Layang meninggal dunia, karena ia tidak mempunyai keturunan, maka Kute lalang dikuasai oleh MANGKU SILA (saudara sepupunya). MANGKU SILA mempunyai 3 (tiga) orang anak, yaitu : 1. Sigar Jernih , menetap di Kute Pelawi (Karang Raja-Muara Enim) 2. Dayang Muni (Pr), menetap di Kute Lalang (7) 3. PANJI RATAU , menetap di Kute Lalang. Mangku Sila mengangkat Raden Bakatsu sebagai Hulu Balang Kute Lalang dan menjodohkannya dengan puterinya Dayang Muni. Dari perkawinan Raden Bakatsu dan Dayang Muni, mereka mendapatkan 3 (tiga) orang anak, yaitu: 1. Raden Dalam Napalan, menetap di Kute Lalang 2. Singa Mangku , menetap di Bukit Sulap (Musi Rawas) 3. Walan Gubiah, bersuami dan menetap di Kute Muahe Luwai. Pada tahun 1357 M. Mangku Sila mengembara ke Pulau Jawa dan tinggal di suatu tempat di Gunung Muria. Mangku Sila beristeri seorang puteri dari Majapahit dan mempunyai seorang anak yang bernama PANJI RATAU. Mangku Sila dan Panji Ratau kembali ke Kute Lalang pada tahun 1370 M. Pada tahun 1378 M. Mangku Sila meninggal dunia, maka Kute Lalang dikuasai oleh Raden Bakatsu. Pada tahun 1407 M. Raden Bakatsu meninggal dunia, maka Kute Lalang dikuasai oleh anaknya Dalam Napalan. Dalam Napalan beristeri seorang puteri Gumai, yaitu Puteri Melur Sari. Dari perkawinan itu mereka mendapatkan anak-anak sebagai berikut : 1. Simbang Surya, menetap di Kute Lalang 2. Penata Alam , menetap di Gumai 3. Rama Dalam , menetap di Besemah Pada Tahun 1425 M. Dalam napalan meninggal dunia, maka Kute Lalang dikuasai oleh anaknya Simbang Surya. Simbang Surya meninggal dunia pada tahun 1427 M., maka Kute Lalang dikuasai oleh PANJI RATAU (RATU LAYANG). Pada masa pemerintahan PANJI RATAU, agama Islam berkembang pesat di Kute Lalang. Pada masa itu Kute Lalang mengalami masa jayanya dan banyak mendapatkan kunjungan dari Ulama-ulama dan Tokoh Islam dari daerah lain. Panji Ratau beristeri seorang puteri dari Kute Jati yang bernama : Puteri Dara Suri Sentari. Dari pernikahan itu mereka mendapat anak-anak : 1. Endika Guru , menetap di Kute Lalang (8) 2. ENDIKA LAYANG , menetap di Kute Jati 3. Putri Urai Sari, bersuami dan menetap di Batu Ampar. Pada tahun 1448 M. Panji Ratau meninggal dunia, maka Kute lalang dikuasai oleh puteranya Endika Guru. Endika Guru tidak mempunyai keturunan dan meninggal dunia pada tahun 1502 M., maka Kute Lalang dikuasai oleh ENDIKA LAYANG yang ketika itu menetap di Endikat. ENDIKA LAYANG beristeri seorang puteri yang berasal dari Endikat, yaitu Dara Kinantan dan dari perkawinan itu mereka mendapatkan seorang anak tunggal yang bernama (9) RADEN SURYA ALAM. Pada tahun 1567 M. Endika Layang meninggal dunia, maka beliau digantikan oleh anaknya RADEN SURYA ALAM. Raden Surya Alam mempunyai 4 (empat) orang anak yaitu : (10) 1. RADEN MANGKU ALAM, menetap di Kute Heban Agung 2. Raden mangku Bumi, menetap di Kute Muahe Sungai 3. Raden Mangku Raja, menetap di Kute Muahe Sungai 4. Raden Mangku Desa, menetap di Kute Heban Agung. Raden Surya Alam memerintahkan kepada anak-anaknya untuk mencari tempat yang baru guna menyebarkan agama Islam. Maka keempat bersaudara itu bermusyawarah dan membagi tugas untuk melaksanakan perintah orang tuanya. Hasil kesepakatan itu adalah RADEN MANGKU ALAM dan Raden Mangku Desa pergi ke hulu Sungai Lematang, sedangkan Raden Mangku Bumi dan Raden Mangku Raja ke hilir Sungai Lematang. Raden Surya Alam berpesan kepada anak-anaknya sebagai berikut : 1. Bagi anaknya yang mudik ke hulu Sungai Lematang, harus mencari tempat pada sebuah Tanjungan yang tebing yang rata. 2. Bagi anaknya yang ke hilir Sungai Lematang, harus mencari tempat pada Muara sungai yang tebingnya rata. Pada tahun 1642 M. Raden Surya Alam meninggal dunia. II. SEJARAH KUTE HEBAN AGUNG Setelah menemukan tanda-tanda yang dipesankan ayahnya,RADEN MANGKU ALAM dan Raden Mangku Desa mendarat di sebuah Tanjungan yang tebingnya rata. Pada waktu membuka hutan rimba belantara tersebut, Raden Mangku Desa merasa heran karena pedang pusaka saktinya menyentuh benda keras hingga mengeluar- kan pijar api. Setelah diteliti ternyata di tanah tersebut terdapat sebuah batu keras yang di tengahnya terdapat sebuah lubang yang cukup besar. Pada lubang tersebut banyak terdapat bemban (sarang) burung. Melihat hal tersebut, maka Raden Mangku Alam dan raden Mangku Desa menamakan daerah itu sebagai HEBAN AGUNG, yang artinya Sangkar yang besar. Diceritakan pula ketika Raden Mangku Desa turun ke Sungai Lematang, ia menemukan dua ekor binatang berbelang-belang yang merayap di tepi Sungai Lematang. Kedua ekor hewan tersebut dibawa Raden Mangku Desa dan diletakkan di kolam belakang pondok mereka. Ketika Raden Mangku Alam bertanya, "Bina- tang apakah itu?". Raden Mangku Desa menjawab "Tamblang". Dari cerita di atas itulah terjadinya asal-muasal nama TAMBLANG HEBAN AGUNG. Hutan rimba yang pertama mereka buka pada sebuah tanjungan diberi nama Kute HEBAN AGUNG, sekarang terkenal dengan nama Dusun Gedung Agung (Marga Tembelang Gedung Agung) Kecamatan Merapi Timur Kabupaten Lahat. RADEN MANGKU ALAM beristeri seorang putri SEDAYU yang berasal dari Pulau Jawa, dari perkawinan tersebut mereka mendapat 2 orang anak yaitu: 1. Raden Singa Prabu (11) 2. RADEN SINGA MANE Pada tahun 1695 M. Raden Mangku Alam meninggal dunia, maka Kute Heban Agung dikuasai oleh adiknya Raden Mangku Desa yang sebelumnya adalah Hulu Balang Kute Heban Agung. Pada tahun 1701 M. Raden Mangku Desa meninggal dunia, maka Kute Heban Agung dikuasai oleh Raden Singa Prabu. Raden Singa Prabu mempunyai seorang anak laki-laki tunggal yang bernama : Suka Mulung. Pada tahun 1785 M. Raden Singa Prabu meninggal dunia, maka Kute Heban Agung dikuasai oleh RADEN SINGA MANE dan sebagai hulu balangnya adalah Raden Suka Mulung. RADEN SINGA MANE mempunyai 3 (tiga) orang anak, yaitu : 1. Benake, menetap di Kute Heban Agung (12) 2. BENIKE, menetap di Kute Heban Agung 3. Benaki, menetap di Kute Heban Agung Pada tahun 1802 M. Raden Singa Mane meninggal dunia, maka Kute Heban Agung dikuasai oleh Raden Suka Mulung. Raden Suka Mulung tidak beristeri sehingga tidak mempunyai keturunan. Pada tahun 1808 M. Raden Suka Mulung meninggal dunia dan bermakam di Kute Heban Agung, maka selanjutnya Kute Heban Agung dikuasai oleh ketiga bersaudara Benake, BENIKE dan Benaki. Dari tambo/ catatan dan cerita Depati H. Den Ali Jaya Sempurna diketahui bahwa BENIKE mempunyai dua orang anak yaitu : 1. Lincak (Calok Panjang) (13) 2. SUNGAR (H.M. SOLEH) Lincak (Calok Panjang) pernah menjadi Depati/ Pasirah Marga Gedung Agung pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda. Sedangkan SUNGAR (H.M. SOLEH) mempunyai 5 (lima) orang anak, yaitu: 1. Ramelan (meninggal dunia saat masih bujang) (14) 2. H. MUHAMMAD SAMAN 3. H. Abd. Rahman 4. H. Kodir 5. Pernah (perempuan) H.M. SAMAN juga pernah menjabat Depati/ Pesirah Marga Gedung Agung setelah Lincak pada masa Pemerintahan kolonial Belanda. H.M. SAMAN mempu- nyai 6 (enam) orang anak, yaitu : 1. Selipah (pr.) 2. Nun (pr.) 3. Sainur (pr.) (15) 4. H. ABDUL SALAM 5. Remindang (pr.) 6. Seliam (pr.) H. ABDUL SALAM juga pernah menjabat sebagai Depati/ Pesirah Marga Gedung Agung Kecamatan Merapi Kabupaten Lahat. Puyang H. ABDUL SALAM mem- punyai dua orang isteri. Isteri yang pertama bernama Yamani ( Hj. Siti Aminah) dan yang kedua adalah Mayuning. Dari pernikahan pertama H. ABDUL SALAM mendapatkan 8 (delapan) orang anak dan dari pernikahan kedua men- dapatkan 2 (dua) orang anak. Anak-anak beliau adalah : (16) 1. H. DEN ALI 2. H. Den Hasan 3. H. M. Diyah 4. Hj. Siti Rohayah 5. Hj. Sedap Sekarwati 6. H. Syarifudin 7. Hj. Rosmaladewi 8. H. Refudin Salam 9. Hj. Mastidah 10. Nudayati

My Family

Akad Nikah

Senin, 01 Agustus 2011

UntukMu Ayah

Innalillahi Wainailairojiun
Segala sesuatu dari Allah SWT, Akan Kembali kepada Allah SWt

AYAHANDA TERCINTA
Betapa besar kasih sayangmu kepada kami. Betapa tulus pengorbananmu terhadap kami. Banyak sekali tauladan yang engkau berikan kepada kami. Banyak nasehat yang engkau sampaikan kepada kami. Banyak sekali kenangan indah bersamamu dan kebaikanmu yang tidak bisa kami lupakan.

KAMI SAYANG AYAH
Tuhan memanggilmu karena itulah janjimu, Ayah….
Terasa sangat cepat terjadinya perpisahan ketika Ayah tinggalkan kami untuk selamanya. Betapa singkatnya kita hidup bersama ketika kami baru mulai beranjak dewasa untuk maju… Betapa berat kami kehilangan orang yang sangat paling kami sayang ketika kami belum sempat membahagiakan Ayah… Tapi, Kami akan selalu berdo'a untuk Ayah...

AYAH…
Akan kami kenang betapa indahnya belaianmu ketika kami masih kecil. Betapa hangatnya rangkulanmu ketika kami remaja. Sendau guraumu selalu terngiang ketika kita kumpul bersama. Kau sukseskan AnakMu….

AYAH…
Akan selalu kami ingat…
Betapa sabarnya Ayah menghadapi semua masalah yang terjadi… Batapa manis setiap perkataan Ayah untuk kemajuan kami… Begitu semangat Ayah menghidupi dan merangkul keluarga ini… Kami bangga dengan Ayah…

Ayah…
Akan selalu kami panuti…
Takwamu kepada Allah SWT…
Baktimu kepada keluarga…
Kesabaranmu menghadapi setiap masalah…
Sedekah & loyalitasmu terhadap sesama...

Ayah…
Semoga Ayah tenang di alam sana… Semoga Allah SWT mengampuni segala dosa-dosa Ayah dan menerima segala amal baik Ayah… Semoga surga yang dijanjikan Allah SWT untuk Ayah itu benar-benar nyata…
Kami akan selalu merindukan sosokmu, AYAH….

Keutamaan Sholat Tarawih

Keutamaan shalat tarawih atau shalat tahajud pada bulan Ramadhan ini disebutkan dalam sebuah hadis sebagai berikut.

Dari Ali bin Abi Thalib r.a. bahwa dia berkata: Nabi SAW ditanya tentang keutamaan-keutamaan tarawih di bulan Ramadhan. Kemudian beliau bersabda;

Orang mukmin keluar dari dosanya pada malam pertama, seperti saat dia dilahirkan oleh ibunya.

Dan pada malam kedua, ia diampuni, dan juga kedua orang tuanya, jika
keduanya mukmin.

Dan pada malam ketiga, seorang malaikat berseru dibawah ‘Arsy: “Mulailah beramal, semoga Allah mengampuni dosamu yang telah lewat”.

Pada malam keempat, dia memperoleh pahala seperti pahala membaca Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Furqan (Al-Quran).

Pada malam kelima, Allah Ta’ala memeberikan pahala seperti pahala orang yang shalat di Masjidil Haram, masjid Madinah dan Masjidil Aqsha.

Pada malam keenam, Allah Ta’ala memberikan pahala orang yang berthawaf di Baitul Makmur dan dimohonkan ampun oleh setiap batu dan cadas.

Pada malam ketujuh, seolah-olah ia mencapai derajat Nabi Musa a.s. dan kemenangannya atas Fir’aun dan Haman.

Pada malam kedelapan, Allah Ta’ala memberinya apa yang pernah Dia berikan kepada Nabi Ibrahin a.s.

Pada malam kesembilan, seolah-olah ia beribadat kepada Allag Ta’ala sebagaimana ibadatnya Nabi SAW.

Pada Malam kesepuluh, Allah Ta’ala mengaruniai dia kebaikan dunia dan akhirat.

Pada malam kesebelas, ia keluar dari dunia seperti saat ia dilahirkan dari perut ibunya.

Pada malam keduabelas, ia datang pada hari kiamat sedang wajahnya bagaikan bulan di malam purnama.

Pada malam ketigabelas, ia datang pada hari kiamat dalam keadaan aman dari segala keburukan.

Pada malam keempat belas, para malaikat datang seraya memberi kesaksian untuknya, bahwa ia telah melakukan shalat tarawih, maka Allah tidak menghisabnya pada hari kiamat.

Pada malam kelima belas, ia didoakan oleh para malaikat dan para penanggung (pemikul) Arsy dan Kursi.

Pada malam keenam belas, Allah menerapkan baginya kebebasan untuk selamat dari neraka dan kebebasan masuk ke dalam surga.

Pada malam ketujuh belas, ia diberi pahala seperti pahala para nabi.

Pada malam kedelapan belas, seorang malaikat berseru, “Hai hamba Allah, sesungguhnya Allah ridha kepadamu dan kepada ibu bapakmu.”

Pada malam kesembilan belas, Allah mengangkat derajat-derajatnya dalam surga Firdaus.

Pada malam kedua puluh, Allah memberi pahala para Syuhada (orang-orang yang mati syahid) dan shalihin (orang-orang yang saleh).

Pada malam kedua puluh satu, Allah membangun untuknya sebuah gedung dari cahaya.

Pada malam kedua puluh dua, ia datang pada hari kiamat dalam keadaan aman dari setiap kesedihan dan kesusahan.

Pada malam kedua puluh tiga, Allah membangun untuknya sebuah kota di dalam surga.

Pada malam kedua puluh empat, ia memperoleh duapuluh empat doa yang dikabulkan.

Pada malam kedua puluh lima, Allah Ta’ala menghapuskan darinya azab kubur.

Pada malam keduapuluh enam, Allah mengangkat pahalanya selama empat puluh tahun.

Pada malam keduapuluh tujuh, ia dapat melewati shirath pada hari kiamat, bagaikan kilat yang menyambar.

Pada malam keduapuluh delapan, Allah mengangkat baginya seribu derajat dalam surga.

Pada malam kedua puluh sembilan, Allah memberinya pahala seribu haji yang diterima.

Dan pada malam ketiga puluh, Allah berfirman:”Hai hamba-Ku, makanlah buah-buahan surga, mandilah dari iar Salsabil dan minumlah dari telaga Kautsar. Akulah Tuhanmu, dan engkau hamba-Ku” (HR Majalis).

Aku bukan Rayap

Aku bukan Rayap
Dufan ketika A3

Indahnya Alam Semesta

Indahnya Alam Semesta
Kebun Binatang Surabaya